Senin, 22 Agustus 2011

halal bihalal

Makna Halal Bihalal

Halal bihalal, dua kata berangkai yang sering diucapkan dalam suasana Idul Fitri, adalah satu dari istilah-istilah "keagamaan" yang hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia. Istilah tersebut seringkali menimbulkan tanda tanya tentang maknanya, bahkan kebenarannya dari segi bahasa , walaupun semua pihak menyadari bahwa tujuannya adalah mencipakan keharmonisan antara sesama.
Hemat saya, paling tidak ada dua makna yang dapat dikemukakan menyangkut pengertian istilah tersebut, yang ditinjau dari dua pandangan. Yaitu, pertama, bertitik tolak dari pandangan hukum Islam dan kedua berpijak pada arti kebahasan.
Menurut pandangan pertama - dari segi hukum - kata halal biasanya dihadapkan dengan kata haram. Haram adalah sesuatu yang terlarang sehingga pelanggarannya berakibat dosa dan mengundang siksa, demikian kata para pakar hukum. Sementara halal adalah sesuatu yang diperbolehkan serta tidak mengundang dosa. Jika demikian, halal bihalal adalah menjadikan sikap kita terhadap pihak lain yang tadinya haram dan berakibat dosa. menjadi halal dengan jalan memohon maaf.
Pengertian seperti yang dikemukakan di atas pada hakikatnya belum menunjang tujuan keharmonisan hubungan, karena dalam bagian halal terdapat sesuatu yang dinamai makruh atau yang tidak disenangi dan sebaiknya tidak dikerjakan. Pemutusan hubungan (suami-istri, mislanya) merupakan sesuatu yang halal tapi paling dibenci Tuhan. atas dasar itu, ada baiknya makna halal bihalal tidak dikaitkan dengan pengertian hukum.
Menurut pandangan kedua - dari segi bahasa - akar kata halal yang kemudian membentuk berbagai bentukan kata, mempunyai arti yang beraneka ragam, sesuai dengan bentuk dan rangkaian kata berikutnya. Makna-makna yang diciptakan oleh bentukan-bentukan tersebut, antara lain, berarti "menyelesaikan problem", "meluruskan benang kusut", "melepaskan ikatan", dan "mencairkan yang beku".
Jika demikian, ber-hala bihalal merupakan suatu bentuk aktivitas yang mengantarkan pada pelakunya untuk meluruskan benag kusut, menghangatkan hubungan yang tadinya beku sehingga cair kembali, melepaskan ikatan yang membelenggu, serta menyelesaikan kesulitan dan problem yang menghadang terjalinnya keharmonisan hubungan. Boleh jadi hubungan yang dingin, keruh dan kusut tidak ditimbulkan oleh sifat yang haram. Ia menjadi begitu karena Anda lama tidak berkunjung kepada seseorang, atau ada sikap tidal adil yang Anda ambil namun menyakitkan orang lain, atau timbul keretakan hubungan dari kesalhpahaman akibat ucapan dan lirikan mata yang tidak disengaja. Kesemuanya ini, tidak haram menurut pandangan hukum, namun perlu diselesaikan secara baik; yang beku dihangatkan, yang kusut diluruskan, dan yang mengikat dilepaskan.
Itulah makna serta substansi halal bihalal, atau jika istilah tersebut enggan anda gunakan, katakanlah bahwa itu merupakan hakikat Idul Fitri, sehingga semakin banyak dan seringnya Anda mengulurkan tangan dan melapangkan dada, dan semakin parah luka hati yang Anda obati dengan memaafkan , maka semakin dalam pula penghayatan dan pengamalan Anda terhadap hakikat halal bihalal . Bentuknya memang khas Indonesia, namun hakikatnya adalah hakikat ajaran Islam.
Quraish Shihab dikutip dari buku "Lentera Hati": Kisah dan Hikmah Kehidupan", oleh M. Quraish Shihab, Penerbin Mizan, Maret 1995

halal bihalal

Usaha Berhasil
Pasang Iklan Murah

Informasi > Islam > Halal Bihalal, Idul Fitri, Minal ‘Aidin wal Faizin Dalam Tafsir Al-Qur’an

Halal Bihalal, Idul Fitri, Minal ‘Aidin wal Faizin Dalam Tafsir Al-Qur’an

Halal Bihalal, Idul Fitri, Minal ‘Aidin wal Faizin Dalam Tafsir Al-Qur’an. Al-Quran adalah kitab rujukan untuk memperoleh petunjuk dan bimbingan agama. Ada tiga cara yang diperkenalkan ulama untuk memperoleh pesan-pesan kitab suci itu. Pertama, melalui penjelasan Nabi saw, para sahabat beliau, dan murid-murid mereka. Hal ini dinamai tafsir bir-riwayah.
Halal Bihalal, Idul Fitri, Minal 'Aidin wal Faizin Dalam Tafsir Al-Qur'an
Halal Bihalal, Idul Fitri, Minal 'Aidin wal Faizin Dalam Tafsir Al-Qur'an

Kedua, melalui analisis kebahasaan dengan menggunakan nalar yang didukung oleh kaidah-kaidah ilmu tafsir. Ini, dinamai tafsir bid-dinyah. Ketiga, melalui kesan yang diperoleh dari penggunaan kosa kata ayat atau bilangannya, yang dinamai tafsir bir-riwayah.
Kajian ini akan mencoba mencari substansi halal bihalal melalui Al-Quran dengan menitikberatkan pandangan pada cara yang ketiga.
Tulisan ini akan berpangkal pada beberapa istilah yang lumrah digunakan dalam konteks halal bihalal, yaitu Idul Fitri, halal bihalal, dan Minal ‘Aidin wal-Faizin.
IDUL FITRI
Kata ‘Id terambil dari akar kata yang berarti kembali, yakni kembali ke tempat atau ke keadaan semula. Ini berarti bahwa sesuatu yang “kembali” pada mulanya berada pada suatu keadaan atau tempat, kemudian meninggalkan tempat atau keadaan itu, lalu kembali dalam arti ke tempat dan keadaan semula.
Apakah keadaan atau tempat semula itu?
Hal ini dijelaskan oleh kata fithr, yang antara lain berarti asal kejadian, agama yang benar, atau kesucian.
Dalam pandangan Al-Quran, asal kejadian manusia bebas dari dosa dan suci, sehingga ‘idul fithr antara lain berarti kembalinya manusia kepada keadaan sucinya, atau keterbebasannya dari segala dosa dan noda, sehingga dengan demikian ia berada dalam kesucian.
Dosa memang mengakibatkan manusia menjauh dari posisinya semula. Baik kedekatan posisinya terhadap Allah maupun sesama manusia.
Jika hamba-hamba-Ku (yang taat dan menyadari kesalahannya) bertanya kepadamu tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat, dan memperkenankan permohonan jika mereka bermohon kepada-Ku (QS Al-Baqarah [2]: 186).
Kesadaran manusia terhadap kesalahannya mengantarkan Allah mendekat kepadanya. Pada gilirannya, hal itu akan menyebabkan manusia bertobat. Perlu diingat, bahwa tobat secara harfiah berarti kembali.
Walau bukan kembali dalam konteks memohon ampun, namun dapat diperoleh kesan dari firman-Nya yang menyatakan “Jikalau kamu kembali Kami pun akan kembali” (QS Al-Isra’ [l7]: 8), bahwa Allah selalu rindu akan kembalinya manusia kepada-Nya.
Hadis Nabi saw pun menjelaskan bahwa Allah berfirman antara lain : “Apabila hamba-Ku mendekat kepada-Ku (Allah) sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Bila ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Bila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang menemuinya dengan berlari.” (HR Bukhari dari Anas bin Malik).
Kegembiraan Allah itu tercermin dari hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Allah lebih gembira karena tobatnya seseorang”.
Dalam konteks hubungan manusia dengan sesamanya, dapat ditarik kesan dari penamaan manusia dengan kata al-Insan. Kata ini –menurut sebagian ulama– terambil dari kata uns yang berarti senang atau harmonis. Sehingga dari sini dapat dipahami, bahwa pada dasarnya manusia selalu merasa senang dan memiliki potensi untuk menjalin hubungan harmonis antar sesamanya.
Dengan melakukan dosa terhadap sesama manusia, hubungan tersebut menjadi terganggu dan tidak harmonis lagi. Namun manusia akan kembali ke posisi semula (harmonis) pada saat ia menyadari kesalahannya, dan berusaha mendekat kepada siapa yang pernah ia lukai hatinya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa idul fltri mengandung pesan agar yang merayakannya mewujudkan kedekatan kepada Allah dan sesama manusia. Kedekatan tersebut diperoleh antara lain dengan kesadaran terhadap kesalahan yang telah diperbuat.
HALAL BIHALAL
Kata halal dari segi hukum diartikan sebagai sesuatu yang bukan haram; sedangkan haram merupakan perbuatan yang mengakibatkan dosa dan ancaman siksa.
Hukum Islam memperkenalkan panca hukum yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Empat yang pertama termasuk kelompok halal (termasuk yang makruh, dalam arti, yang dianjurkan untuk ditinggalkan). Nabi saw bersabda, “Abghadu al-halal ila Allah, ath-thalaq” (Halal yang paling dibenci Allah adalah pemutusan hubungan suami-istri).
Jikalau halal bihalal diartikan dalam konteks hukum, sebaiknya kata halal pada konteks halal bihalal tidak dipahami dalam bihalal pengertian hukum.
Dalam Al-Quran, kata halal terulang sebanyak enam kali. Dua di antaranya pada konteks kecaman, yaitu:
Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal. Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu ataukah kamu mengada-adakan saja terhadap Allah?” (QS Yunus [10]: 59).
Janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, “Ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidaklah beruntung. (Itu adalah) kesenangan sementara yang sedikit, dan bagi mereka siksa yang pedih (QS Al-Nahl [16]: 116-117).
Kesan apakah yang dapat diperoleh dari ayat ini? Paling tidak, terdapat kecaman terhadap mereka yang mencampurbaurkan antara yang halal dan yang haram. Jika yang mencampurbaurkan saja telah dikecam dan diancam dengan siksa yang pedih, lebih-lebih lagi orang yang seluruh aktivitasnya adalah haram.
Empat halal lainnya yang tersebut dalam Al-Quran mempunyai dua ciri yang sama, yaitu
a. Dikemukakan dalam konteks perintah makan (kulu),
b. Kata halal digandengkan dengan kata thayyibah (baik).
Perhatikan ketiga ayat berikut
Kulu mimma fil ardhi halalan thayyiban (Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi) (QS Al-Baqarah [2]: 168)
Wakulu mimma razaqakamullah halalan thayyiban… (Dan makanlah makanan yang halal lagi baik, dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu) (QS Al-Ma-idah [5]: 88)
Fakulu mimma razaqakumullahu halalan thayyiban (Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu) (QS An-Nahl [16]: 114)
Kata makan dalam Al-Quran sering diartikan “melakukan aktivitas apa pun.” Ini agaknya disebabkan karena makan merupakan sumber utama perolehan kalori yang dapat menghasilkan aktivitas. Dengan demikian, perintah makan dalam ayat-ayat di atas bermakna perintah melakukan aktivitas, sedangkan aktivitasnya tidak sekadar halal, tetapi juga harus thayyib (baik). Jika dikembalikan pada empat jenis halal yang diperkenalkan oleh hukum Islam, maka yang makruh tidak termasuk dalam kategori halalan thayyiban.
Al-Quran menyatakan secara tegas cinta Allah (Innallaha yuhib) sebanyak delapan belas kali, yang dapat dirinci sebagai berikut:
Masing-masing sekali untuk at-tawabin (orang yang bertobat), ash-shabirin (orang-orang sabar) dan shaffan wahida (orang yang berada dalam satu barisan/kesatuan).
Masing-masing dua kali terhadap al-mutawakkilin (orang yang berserah diri kepada Allah) dan al-mutathahirin (orang-orang yang menyucikan diri).
Masing-masing tiga kali terhadap al-muttaqin (orang yang bertakwa) dan al-muqsithin (orang yang berlaku adil), dan lima kali terhadap al-muhsinin.
Kesan yang ditimbulkan oleh angka-angka itu paling tidak mengisyaratkan bahwa sikap yang paling disenangi oleh Allah adalah al-muhsinin (orang-orang yang berbuat baik terhadap mereka yang pernah melakukan kesalahan). Hal ini sesuai sekali dengan perintah Al-Quran untuk melakukan perbuatan halal yang baik, tidak sekadar perbuatan halal (boleh), tetapi tidak menghasilkan kebaikan.
Dalam Al-Quran surat Ali-’Imran ayat 134 diisyaratkan tingkat-tingkat terjalinnya keserasian hubungan.
Mereka yang menafkahkan hartanya, baik pada saat keadaan mereka senang (lapang) maupun sulit, dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan orang-orang yang bersalah (bahkan berbuat baik terhadap mereka). Sesunguhnya Allah menyukai mereka yang berbuat baik (terhadap orang yang bersalah).
Di sini terbaca, bahwa tahap pertama adalah menahan amarah, tahap kedua memberi maaf, dan tahap berikutnya adalah berbuat baik terhadap orang yang bersalah.
MINAL ‘AIDIN WAL FAIZIN
Salah satu ucapan populer dalam konteks Idul Fitri ada Minal ‘Aidin wal Faizin.
Kata-kata “Minal Aidin wal Faizin” adalah penggalan sebuah doa dari doa yang lebih panjang yang diucapkan ketika kita selesai menunaikan ibadah puasa yakni : “Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Wa Ja’alanallahu Minal ‘Aidin Wal Faizin” yang artinya “Semoga Allah menerima (amalan-amalan) yang telah aku dan kalian lakukan dan semoga Allah menjadikan kita termasuk (orang-orang) yang kembali (kepada fitrah) dan (mendapat) keberuntungan (kemenangan)”.
Sehingga arti sesungguhnya dari “Minal Aidin wal Faizin” adalah “Semoga kita termasuk (orang-orang) yang kembali (kepada fitrah) dan (mendapat) keberuntungan (kemenangan)”.
Dari segi bahasa, minal ‘aidin dapat diartikan dengan “(semoga kita) termasuk orang-orang yang kembali”. Kembali di sini dimaksudkan kembali kepada fitrah manusia, yaitu “asal kejadiannya” atau “kesucian”. Bisa juga berarti “agama yang benar”.
Setelah berlalunya Ramadhan, bulan untuk mengasah dan mengasuh jiwa dengan berpuasa, kita saling berharap bisa kembali ke asal kejadian kita, kembali ke dalam keadaan yang suci seperti saat kita dilahirkan dulu, serta bisa kembali mengamalkan ajaran agama yang benar.
Sedangkan kata al-faizin adalah bentuk jamak dari faiz, yang berarti orang yang beruntung. Kata ini terambil dari kata fauz yang berarti keberuntungan. Dalam konteks dan maknanya, ayat-ayat yang menggunakan kata fawz, seluruhnya (kecuali dalam QS 4: 73), berarti “pengampunan dan keridhaan Allah SWT serta kebahagiaan surgawi”. Karena itu, Wal faizin hendaknya dipahami sebagai harapan dan doa, semoga kita termasuk orang-orang yang memperoleh keberuntungan berupa memperoleh ampunan dan ridha Allah swt sehingga kita semua mendapat kenikmatan surga-Nya.
Penghuni surga adalah orang-orang yang beruntung (QS. Al-Hasyr [59]: 20).
Barangsiapa yang dijauhkan –walaupun sedikit– dari neraka, dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia telah beruntung (QS Ali ‘Imran [3]: 185).
Jadi, minal ‘aidin wal faizin adalah doa untuk kita semua, agar kita dapat kembali menemukan jati diri kita dan agar kita bersama memperoleh keberuntungan berupa ampunan, ridha, dan kenikmatan surgawi.

Rabu, 03 Agustus 2011

rpp pai sman 1 sukodono



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
1
                                                                              
Nama Sekolah

SMA NEGERI 1 SUKODONO
Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam
Kelas/ Semester

XI/ I
Pertemuan ke

Pertama
Waktu

2 X 45 menit
Standar Kompetensi

13. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan.
Kompetensi Dasar

13.1. Membaca  QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32
Materi Ajar/ pokok

Bacaan QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32
Indikator

13.1.1 Membaca dengan baik dan benar Al Baqarah: 148
13.1.2 Membaca dengan baik dan benar QS Fatir: 32
13.1.3 Mengidentifikasi tajwid dalam Al Baqarah: 148
13.1.4 Mengidentifikasi tajwid dalam QS Fatir: 32
Metode Pembelajaran

ceramah ,tanya jawab, diskusi
Model Pembelajaran

Langsung dan kooperatif learning

Tujuan pembelajaran
:
Setelah mengikuti pembelajaran ini siswa dapat :
1.             Membaca dengan baik dan benar Al Baqarah: 148
2.             Membaca dengan baik dan benar QS Fatir: 32
3.             Mengidentifikasi tajwid dalam Al Baqarah: 148
4.             Mengidentifikasi tajwid dalam QS Fatir: 32
Langkah-langkah

a.    Pendahuluan
1)            Guru mengucapkan salam(religius)
2)            Guru dan peserta didik membuka pembelajaran dengan do’a(religius)
3)            Menghafal surat pendek (suka membaca)     
4)            Guru mengabsen peserta didik(disiplin)
5)            Peserta didik menjawab 3 pertanyaan guru tentang materi sebelumnya(tanggung jawab)
6)            Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.(disiplin)
b.    Kegiatan Inti
EKSPLORASI
1)            Peserta didik mencari dan mempersiapkan materi(Kreatif)
ELABORASI
2)            Peserta didik mendengarkan contoh bacaan QS Al Baqarah :148 dan QS Fatir :32 dan menirukannya yang diulang 3 kali.(kreatif, suka mambaca)
3)            Peserta didik berkelompok sesuai dengan pembagian kelompok yang ditetapkan guru untuk membaca QS Al Baqarah :148 dan QS Fatir :32 di bawah arahan tim ahli ( fase 1 dan 2 ).(suka disiplin)
4)            Tim ahli memberikan tes baca Al Qur’an pada anggota kelompoknya dan hasilnya diserahkan pada guru.(tanggung jawab)
5)            Kelompok asal mengidentifikasi tajwid sesuai dengan tugas yang diberikan guru (fase 3)(kreatif)
6)            Hasil diskusi kelompok dibawa tim ahli pada diskusi tim ahli di bawah arahan guru. (fase 4)(tanggung jawab)
7)            Tim ahli menyampaikan hasil diskusi pada kelompoknya. (fase 5)(tanggung jawab)

KONFIRMASI
8)            Tim ahli melakukan tagihan kuis dimana hasilnya diserahkan pada guru. (fase 6) (tanggung jawab)
c.     Penutup
  1. Peserta didik mendengarkan rangkuman materi / mereview materi yang disampaikan guru. 
  2. Guru memberikan tugas untuk persiapan materi berikutnya.
  3. Peserta didik dan guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa.
Penilaian

a.    Tes lisan ( terlampir )
b.    Tes tertulis ( terlampir )
Bahan/Sumber belajar

o   INDONESIA. Departemen Agama (1996)  Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang; Taha Putra
o   Syamsuri (2007 ). Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas XI. Jakarta ; Erlangga



LEMBAR PENILAIAN

I. Tes Tertulis                                                                                                                                     Nilai : ……..
No
Butir-butir Soal
Kunci jawaban
1.
Sebutkan bacaan tajwid bab nun sukun atau tanwin  yang terdapat dalam QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32
- ikhfa’ haqiqi
- Idgham bi ghunnah

II. Tes Perbuatan : membaca
9e@ä3Ï9ur îpygô_Ír uqèd $pkŽÏj9uqãB ( (#qà)Î7tFó$$sù ÏNºuŽöyø9$# 4 tûøïr& $tB (#qçRqä3s? ÏNù'tƒ ãNä3Î ª!$# $·èŠÏJy_ 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇÊÍÑÈ  
§NèO $uZøOu÷rr& |=»tGÅ3ø9$# tûïÏ%©!$# $uZøŠxÿsÜô¹$# ô`ÏB $tRÏŠ$t7Ïã ( óOßg÷YÏJsù ÒOÏ9$sß ¾ÏmÅ¡øÿuZÏj9 Nåk÷]ÏBur ÓÅÁtFø)B öNåk÷]ÏBur 7,Î$y ÏNºuŽöyø9$$Î ÈbøŒÎ*Î «!$# 4 šÏ9ºsŒ uqèd ã@ôÒxÿø9$# 玍Î7x6ø9$# ÇÌËÈ  
No
Nama Siswa
Kemampuan membaca
1
2
3
4
5
1






2






3






4






dst







Keterangan :                                                                                                                                      Skor Tes Perbuatan
1. membaca lancar dan benar                                                                                                     =  80-90 = A
2. membaca lancar kurang baik                                                                                                  =  70-79 = B
3. membaca terbata-bata                                                                                                             =  60-69 = C
4. membaca terbata-bata dengan bantuan guru                                                                                =  50-59 = D
5. tidak dapat membaca                                                                                                                                =  kurang dari 50 = E



Mengetahui                                                                 
Kepala Sekolah                                                                                 Guru Mata Pelajaran
SMA Negeri 1 Sukodono




TRI HARTANTO,S.Pd,M.Pd                                       MUH. KHUZAINI,S.Ag
Nip.197210191998021003                                                              Nip. 197207132009931002
                                               

                                               



                         


















                              RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
                                                                              
Nama Sekolah

SMA / SMK
Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam
Kelas/ Semester

XI/ I
Pertemuan ke

Kedua
Waktu

2 X 45 menit
Standar Kompetensi

13.Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan.
Kompetensi Dasar

13.2 Menjelaskan arti QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir 32
Materi Ajar/ pokok

Arti QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32
Indikator

13.2.1      mengartikan masing-masing kata dalam QS Al Baqarah: 148
13.2.2      mengartikan masing-masing kata dalam QS Fatir: 32
13.2.3      mengartikan ayat dalam QS Al Baqarah: 148
13.2.4      mengartikan ayat dalam QS Fatir: 32
13.2.5      menjelaskan kandungan isi QS Al Baqarah: 148
13.2.6      menjelaskan kandungan isi QS Fatir: 32
Metode Pembelajaran

ceramah ,tanya jawab, diskusi
Model Pembelajaran

Langsung

Tujuan pembelajaran
:
Setelah mengikuti pembelajaran ini siswa dapat :
1.             mengartikan masing-masing kata dalam QS Al Baqarah: 148
2.             mengartikan masing-masing kata dalam QS Fatir: 32
3.             mengartikan ayat dalam QS Al Baqarah: 148
4.             mengartikan ayat dalam QS Fatir: 32
5.             menjelaskan kandungan isi QS Al Baqarah: 148
6.             menjelaskan kandungan isi QS Fatir: 32
Langkah-langkah

a.       Pendahuluan
1)      Menghafal surat pendek(religius)
2)      Peserta didik menjawab 3 pertanyaan guru tentang materi sebelumnya(tanggung jawab)
3)      Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
4)      Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang cakupan materi pada pertemuan ini.


b.      Kegiatan Inti
EKSPLORASI
1)      Siswa mencari dan mempersiapkan materi(kreatif)

ELABORASI
2)      Guru menjelaskan arti harfiyah perkata dalam QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32(kreatif)
3)      Siswa melafalkan arti harfiyah perkata dalam QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32 bersama-sama ( secara klasikal ) 3 kali.(suka membaca)
4)      Siswa mengartikan perkalimat  QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32 (gemar membaca)
5)      Siswa menyimpulkan kandungan isi dalam QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32(kreatif)

KONFIRMASI
6)      Guru menselaraskan persepsi siswa

c.       Penutup
1)      Peserta didik mendengarkan rangkuman materi / mereview materi yang disampaikan guru.(tanggung jawab)
2)      Guru memberikan tugas untuk persiapan materi berikutnya.
3)      Peserta didik dan guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa.(religius)
Penilaian

a.       Tes lisan ( terlampir )
b.      Tes tertulis ( terlampir )
Bahan/Sumber belajar

o   INDONESIA. Departemen Agama (1996)  Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang; Taha Putra
o   Syamsuri (2007 ). Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga







LEMBAR PENILAIAN
I. Tes Tertulis                                                                                                                                     Nilai : ……..
No
Butir-butir Soal
Kunci jawaban
1.
2)   Artikan secara harfiyah kata yang bergaris bawah pada QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32
9e@ä3Ï9ur îpygô_Ír uqèd $pkŽÏj9uqãB
 ( (#qà)Î7tFó$$sù ÏNºuŽöyø9$#
4 tûøïr& $tB (#qçRqä3s? ÏNù'tƒ ãNä3Î ª!$# $·èŠÏJy_ 4
¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇÊÍÑÈ
§NèO $uZøOu÷rr& |=»tGÅ3ø9$# tûïÏ%©!$# $uZøŠxÿsÜô¹$# ô`ÏB $tRÏŠ$t7Ïã
( óOßg÷YÏJsù ÒOÏ9$sß ¾ÏmÅ¡øÿuZÏj9
 Nåk÷]ÏBur ÓÅÁtFø)B
 öNåk÷]ÏBur 7,Î$y ÏNºuŽöyø9$$Î ÈbøŒÎ*Î «!$#
4 šÏ9ºsŒ uqèd ã@ôÒxÿø9$# 玍Î7x6ø9$# ÇÌËÈ    
- dan bagi tiap-tiap umat ada kiblat sendiri-sendiri
- menghadap kepadaNya.
- Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.
- Dimana saja kamu berada.
- Semuanya.
- Sesungguhnya Alloh berkuasa atas segala sesuatu.
- Orang yang kami pilih dari hamba kami
- Menganiaya diri sendiri.
- Di pertengahan
- Lebih dahulu berbuat kebaikan
- Karunia yang besar.
Mengetahui                                                                 
Kepala Sekolah                                                                                 Guru Mata Pelajaran
SMA Negeri 1 Sukodono




TRI HARTANTO,S.Pd,M.Pd                                       MUH. KHUZAINI,S.Ag
Nip.197210191998021003                                                              Nip. 197207132009931002

                                RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Nama Sekolah

SMA / SMK
Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam
Kelas/ Semester

XI/ I
Pertemuan ke

Ketiga
Waktu

2 X 45 menit
Standar Kompetensi

13. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan.
Kompetensi Dasar

13.3. Menampilkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32
Materi Ajar/ pokok

Contoh perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32
Indikator

13.3.1           menunjukkan contoh perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam QS Al Baqarah: 148
13.3.2           menunjukkan contoh perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam QS Al Baqarah: 148
13.3.3           melakukan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam QS Al Baqarah: 148
13.3.4           melakukan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam  QS Fatir: 32
Metode Pembelajaran

ceramah ,tanya jawab, diskusi
Model Pembelajaran

Langsung

Tujuan pembelajaran
:
Setelah pembelajaran ini peserta didik :
1.             menunjukkan contoh perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam QS Al Baqarah: 148
2.             menunjukkan contoh perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam QS Al Baqarah: 148
3.             melakukan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam QS Al Baqarah: 148
4.             melakukan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam  QS Fatir: 32
Langkah-langkah

a.       Pendahuluan
1)            Menghafal surat pendek(religius)
2)            Peserta didik menjawab 3 pertanyaan guru tentang materi sebelumnya(tanggung jawab)
3)            Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.(disiplin)
4)            Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang cakupan materi pada pertemuan ini.(disiplin)
b.      Kegiatan Inti

EKPLORASI
1)        Siswa mencari dan mempersiapkan materi(kreatif)

ELABORASI
2)        Siswa mendiskusikan  contoh perilaku yang mencerminkan  berlomba-lomba dalam kebaikan sesuai   QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32(tanggung jawab)
3)        Siswa mempresentasikan hasil diskusi tentang contoh  perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32(tanggung jawab)

KONFIRMASI
4)        Guru menselaraskan persepsi siswa
c.       Kegiatan Akhir
  1. Peserta didik mendengarkan rangkuman materi / mereview materi yang disampaikan guru.(disiplin)
  2. Guru memberikan tugas untuk persiapan materi berikutnya.
  3. Peserta didik dan guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa.(religius)
Penilaian

a.       Tes tertulis ( terlampir )
b.      Pengamatan
Bahan/Sumber belajar

o   INDONESIA. Departemen Agama (1996)  Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang; Taha Putra
o   Syamsuri (2007 ). Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas XI. Jakarta ; Erlangga




LEMBAR PENILAIAN
I. Tes Tertulis                                                                                                                                     Nilai : ……..
No
Butir-butir Soal
Kunci jawaban
1.
a.         Sebutkan contoh perilaku berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana terkandung dalam  QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32

Belajar dengan tekun,rajin ibadah,infaq,shodaqoh, sabar,jujur,tanggung jawab.dsb